Selasa, 05 Juli 2011

THE SIDE STORY OF NOVUS PART 20

The Story of Novus (Part 20) Somewhere I Belong...
====================================
Ravi terbangun di ranjang rumah sakit Markas Cora

....

Adudududu... Pala gw sakit, n rusuk gw kayaknya patah semua nih..... dudududuh.... Yang teringet terakhir di benak gw cuma kata-kata TherMiaN..

'Cupu!'.

Sial tuh anak, menghancurkan harga diri gw dengan satu kata dan satu pukulan.

TREK..

Pintu kamar gw terbuka dan dari sana masuk Monica.

"Wah, udah sadar ya? gimana perasaannya?", tanya dia.

"Yah gitu deh dok, kayaknya perlu dokter periksa lagi nih di bagian ini.." Kata gw sambil menunjuk perut samping gw yang dihajar TherMiaN. Monica menghampiri gw, lalu memperhatikan perut gw yang dibalut perban.

"Hmm? yang ini?" NYUTT!! serta merta dia menekan bagian yang sakit itu dengan tangannya seolah-olah mengecek. WUADAWWW.... "Mana? kayaknya gapapa tuh?" Kata dia sambil melanjutkan 'pijatan'nya di tempat gw yang lagi 'sensitif'.
"I...Iya dok... ga...gapapa kok kayaknya... u.. udah sembuh..", kata gw buru-buru untuk menghindari 'pemeriksaan' lebih lanjut.

"O gitu ya? yakin ga mau diperiksa lagi?" Tanyanya sinis...

"Iya dok... udah sehat kok^^;", jawab gw yakin.

"Bagus! tiduran lagi sana!", ketusnya. Buset dah! ni orang lagi dapet apa? galak amat...
Gw pun kembali merebahkan badan gw di atas kasur. Rasa sakit di rusuk gw mengingatkan kembali kata-kata TherMiaN kepada gw...

'animus lu ga ada gunanya klo summonernya cupu!!'......

'summonernya cupu!!'.....

'cupu!!'

sial......

...................

Siang itu gw udah dikasih keluar dari rumah sakit karena luka-luka gw cukup ringan, sayangnya temen-temen guild gw pada kurang beruntung karena rata-rata mereka luka parah. Klo gw untungnya cuma rusuk yang retak doang.

Gw berjalan-jalan disekitar Pos Cora, mencari suatu jawaban dari pertanyaan..... cupu kah gw? Apakah selama ini gw terlalu congkak karena mampu men-summon 4 Animus sekaligus? sampe lupa memperkuat diri gw sendiri....

"Kyaaaa!!!"

Ha? suara cewe berteriak? kenapa dia? apakah di ganggu om-om mesum? hmm.. perlu di cek nih.. gw pun bergegas menuju ke sumber suara. Sampai disana, gw liat ada seorang Spiritualis cewe lagi di buli-buli sama seorang Grazier cowo berbaju serba putih... Lvl 45? Gile tu orang!

"Hey!! Lagi ngapain kk?!" Seru gw. Grazier itu menoleh dan tatapannya semerah darah. Chaos pot! di name tag nya tertulis... Chelle.. dia tersenyum..... sinis...

"Enggak kok kk... saya lagi bantuin gb pt def aja kok..", katanya.

"Bohong kk! dia dari tadi bunuh-bunuhin yang lagi hunt disekitar sini kk!!", Spiritualis yang di name tagnya bertuliskan Yuuu itu berteriak sambil setengah menangis.

Gw kembali menatap Grazier itu dengan tajam. "Kk, saya mohon, hentikan ini sekarang juga, kalau tidak, saya sebagai anggota JusticE tidak akan tinggal diam".

Grazier itu terdiam sejenak..... kemudian tertawa "WAHAHAHAHA.....!!!" lalu dia balas menatap gw. "Lu mau apa klo gw melakukan............. ini?!" Tiba-tiba dia mengangkat tangannya dan sosok Hecate muncul dari bawah tanah lalu si Chelle menunjuk ke arah Spiritualis bernama Yuuu itu. si Hecate lalu tertawa besar dan bersiap mengipaskan kipas apinya.

"PAIMON!!", seru gw. Bagaikan sudah mengerti maunya gw, Paimon gw langsung menutupi jalur serangan Hecate dari Spiritualis cewe itu.

Chelle sedikit terbengong, "Hoo.... gw kirain lu tipe warrior klo diliat dari armor lu, ternyata... X-job ya?", katanya sambil terkekeh.

"Sekali lagi saya peringati, kk. Tolong hentikan, atau saya harus menjatuhkan kk...", kata gw lagi dengan tampang super serius. Bisa gawat nih klo di biarin lama-lama, skill pasang muka serius gw baru lvl 3, bakalan abis dalam 39detik lagi...

Tanpa peringatan, Chelle meng-cast Fire Ball ke arah gw. Berkat daya reflek yang baik, spontan gw salto ke samping untuk menghindari serangan itu, tapi saat gw melompat, UGH! rusuk gw yang masih belom sembuh total berasa sakit banget. BRUK! gw pun sukses mendarat dengan badan terguling.

"Wahahahaha... X-Job cupu rupanya! salto aja sampe jatoh, gw kirain dewa lu", ejek si Chelle.
Grrrmm..... kata-kata itu lagi. Saat itu Paimon berusaha jitakin si Chelle yang menyerang gw.

"Berhenti, Paimon! lindungi aja spiritualis cewe itu!", bentak gw. Paimon menurut tanpa bantahan sama sekali, dan kembali berdiri setegar gunung di depan spiritualis itu (yang kayaknya tampangnya boleh juga. hohoho...). Gw berdiri sambil nahan sakit di rusuk gw dan mengeluarkan Field Lance gw (yang kali ini gw beli pake duit sendiri).

"Peringatan terakhir kk...", kata gw tajem.

Chelle tersenyum dan menundukkan kepalanya. "Baiklah klo gitu", katanya. Fiuh.... lega gw ga harus berkelahi sama sesama bangsa. "Kita adu siapa yang paling KUAT!!!", lanjutnya yang membuat gw kaget karena kata-kata terakhirnya diiringi dengan sebuah Flame Arrow kearah gw lagi.

BRUAKSSS!! serangan Chelle membuat gw mental ke belakang. Saat itu, gw merasakan Inana berusaha muncul dari alamnya untuk menyembuhkan gw..

'JANGAN!' seru gw dalam hati 'JANGAN MUNCUL!', Inana sedikit bingung dengan perintah gw, tapi dia pun menahan diri untuk tidak muncul.

'Ravi?', gw denger suara Isis Cindy di benak gw. 'kenapa kamu ga biarin Inana muncul?'

'Aku bisa tanganin ini sendiri, Cin...', jawab gw datar. Gw berdiri dan menghunus Field Lance gw sambil menerjang si Celengan itu dengan jurus Shining Cut. "HOAAAA..!!!", gw mengayunkan Field Lance gw sekuat tenaga.

TRAANGG!! Field Lance gw menghantam.... sebuah Paimon Emas! Sial, si Chelle melakukan Fast Summon disaat yang tepat. Sesaat kemudian, Paimon itu menghilang kembali ke alamnya.

"Electric Bolt!!", seru Chelle, dan gw pun kembali terhempas kebelakang dan terguling.

Isis Cindy kembali berteriak dari alamnya.'RAVI!!',

'BERISIK!! GW BILANG, GW BISA TANGANIN INI SENDIRI!!', bentak gw. Gw bisa merasakan klo dia kaget mendengar bentakan gw. Kembali gw berdiri dengan susah payah. Kali ini gw merubah strategi. Gw mengeluarkan tongkat Black Stick Bead dan kembali berlari menerjangnya.
Sambil mendekati dia, gw meng-cast Force Extract, Skill Thaw serta Tranquility. Sesaat sebelom gw berada di dekat dia, gw melepaskan tongkat gw dan menarik Field Lance gw lagi. Kali ini, dengan skill Thrust! "HEAAA....!!".

JDUAR!! UGH!! Tiba-tiba gw ga bisa bergerak dan kepala gw terasa pusing banget. Stun?! Dengan pandangan yang kabur, gw melihat di samping Chelle udah ada Hecate yang tadi dan serangannya membuat gw Stun dan ga mampu menyerang. Dalam kesamaran itu, gw melihat jelas pandangan Chelle yang tersenyum mengejek gw.

"Dasar Cupu!" katanya. Lalu meng-Cast Energy Ball, dan sesuai perkiraan, gw mental lagi kebelakang.

Kali ini gw agak susah untuk berdiri karena akibat Stun tadi, gw masih belom bisa fokus. Tanpa gw sadari, Isis Cindy, Hecate dan Inana muncul bersamaan.

'Maaf Vi! kita udah ga bisa diem lagi!!', Seru Isis Cindy. Dan setelah dia berhenti berkata, mereka menyerang dengan serentak Chelle yang keliatannya takjub melihat pemandangan di depannya itu, sementara Inana bergerak untuk meng-Heal gw.

"Apa? JANGAN! CINDY!! JANGAN!!! BERHENTII!!!", Teriak gw berusaha menghentikan dia, Hecate dan Paimon. Tapi mereka gak mendengarkan gw, dan menghantam Chelle sekaligus bersamaan. Chelle yang masih terbengong ga sempet melakukan apa-apa dan langsung tumbang dengan serangan para Animus gw.

Sambil terjatuh, dia sempat berbicara "Hahaha.. ternyata lu emang cupu, ga sanggup apa-apa tanpa Animus lu... kasian mereka punya majikan selemah lu", BRUK... dan dia pun terkapar tak sadarkan diri.

Animus-animus gw kembali mendekati gw yang sedang tertunduk. Isis Cindy berkata,

'Kamu gapapa, Vi?', tanyanya khawatir dan menjulurkan tangannya untuk menyentuh gw.

PLAK! gw menghalau tangannya dengan kasar. Terlihat sekali reaksi dia yang terkejut.

"Gw udah bilang..... JANGAN IKUT CAMPUR!!", bentak gw. Sekarang yang lain pun memasang muka terkejut, kecuali Paimon yang sepertinya ga ngerti arti dari 'ekspresi'.

'Tapi....', Isis Cindy coba menjelaskan.

"JADI KALIAN PIKIR GW GA BAKALAN SANGGUP MENGATASI DIA SENDIRI?!", emosi gw masih belom surut juga.

Isis Cindy kembali mencoba menjelaskan, 'Bukan begitu, maksu...',

"DIAM KAMU!", gw menunjuk muka Isis Cindy, dan dia menatap gw bagaikan ga mengenal gw, "Animus HARUSNYA nurut sama Summonernya....", mereka terdiam dan ga ada yang berani menatap gw, "gw tadi lagi BERUSAHA membuktikan kata-katanya klo gw ga cupu.... tapi....... KALIAN... malah ikut campur.... KALIAN MAU BILANG KLO GW CUPU JUGA?!! GA BAKALAN SANGGUP ATASIN SENDIRI?!! NGOMONG AJA!?!?!", saat ini gw udah bener-bener murka, ga tau yang gw omongin apa aja, sementara Animus-Animus gw hanya terdiam.

'Tapi Vi...', Isis Cindy coba-coba ngomong, salah banget.

"Masih juga mau ngajarin gw?! gw ga butuh Animus-Animus tukang ngelawan DAN sok tau! PERGI KALIAN SEMUA DARI HADAPAN GW!!!", kembali gw membentak tanpa mikir. Animus-Animus gw semua diam ga bergerak. "TUNGGU APA?!! PERGI KALIAN!!", dan dengan tampang yang acak adut, mereka kembali ke alamnya. Isis Cindy yang terakhir pergi dan gw sempet liat air matanya mengalir sebelom dia menghilang.

.....

Sialan....

.....

Spiritualist cewe tadi menghampiri gw, dan berkata, "Makasi ya kk atas bantuannya".

"Ah? ahaha... iya, gw ga ngapa-ngapain kok... bukan karena gw..", jawab gw hambar.

Dia dengan muka agak ragu-ragu berkata lagi, "mmm... klo boleh aku kasih masukan kk, Animus-Animus kk itu...".

Gw mengangkat tangan di depan mukanya, "Haiyah... jangan sampe kamu juga ikut-ikutan ngajarin gw...".

"Lho? ga kok kk, aku bukan bermaksud ngajarin, tapi...", dia coba menjelaskan, sementara gw membalikkan badan dan menjauh dia.

"Gw ga perlu nasehat dari siapa-siapa!", balas gw ketus dan meninggalkan dia sendiri disana. (tumben...)

....................................

Entah sadar apa enggak, tiba-tiba gw udah ada di Sette. Angin Panas dari gurun ini bagaikan mecabik-cabik muka gw. Ngapain gw disini? gw sendiri ga ngerti, kaki gw bagaikan bergerak sendiri seolah-olah mencari jawaban dari semua pertanyaan gw.

Tumben Sette rada-rada sepi hari ini, biasanya Sette tempat rusuh nomor satu untuk ketiga bangsa ini. Gw membiarkan diri gw dibawa oleh kaki gw, yang sepertinya saat ini punya pikiran sendiri. Tanpa terasa, gw udah berdiri di gerbang Volcanic Cauldron. Seekor makhluk penjaga gerbang menuju VC yang 'katanya' udah ada disana dari jamannya gw belom lahir menyapa gw.

"Yo, bro... mo ke VC ye?", tanya makhluk itu dengan logat yang aneh.

"euh... iya sih, klo boleh..", jawab gw rada ragu.

Makhluk itu memperhatikan gw dengan seksama, "Lu yakin, bro?", tanyanya sambil memandang gw dengan aneh.
"Mmm... ga tau juga sih sebenernya... emang ga bisa ya?", tanya gw balik.

"Udah pernah kesana lom?", dia bertanya lagi tanpa menghiraukan pertanyaan gw.

"Blom sih..", jawab gw.

"hmmm..", Makhluk itu berpikir sejenak sambil terus memperhatikan gw, "Kalo lo ga yakin mendingan ga usah, bro..", logat dan tata bahasanya yang aneh itu bikin gw bingung sebenernya makhluk apa dan darimana dia sebenernya.

"Emang kenapa?", kata gw penasaran.

Makhluk itu menatap mata gw dalam-dalam seolah dia mengerti semuanya, "Hanya yang kuat yang mampu bertahan di dalam sana...".

JLEB....

sialan... jadi dia juga mikir gw lemah?! "Klo ga dicoba mana kita tau klo gw lemah apa ga kan?", bales gw ketus.

"mmm... gw sih dah tah tau sebenernya...", kata makhluk itu pelan.

PLETAK!! gw jitak itu makhluk sambil bilang "Udah deh, ga usah cerewet, buka aja gerbangnya!". Makhluk itu sambil meringis kesakitan akhirnya membuka gerbang menuju Volcanic Cauldron. Gerbang yang terbuka itu menyerupai sebuah portal. Gw dengan sedikit kekhawatiran akhirnya melangkah masuk kedalamnya.

BHUSSHSHHH.... Ugh! sesaat setelah gw memasuki gerbang tersebut dan muncul di sebelahnya, tekanan yang luar biasa besar menekan gw, ditambah lagi dengan suhu udaranya yang sepertinya berkali-kali lipat lebih panas daripada diluar. Huh... bagus deh, klo emang ini yang dibutuhin supaya gw jadi kuat, akan gw taklukkan tantangan di dalem sini!

Gw berjalan melewati lorong-lorong yang di kelilingin tebing tinggi, hingga akhirnya gw tiba di sebuah tepi jurang. Disana gw melihat pemandangan yang luar biasa! Sebuah daratan yang gersang, dikelilingi oleh tebing-tebing dan lava yang tumpah dari gunung merapi dan menjalar kemana-mana. Dari kejauhan juga gw liat momon-momon aneh yang belom pernah gw liat sebelomnya.

Gw melanjutkan perjalanan gw sambil menyiapkan Field Lance gw ditangan, sebelom gw diserang mendadak.
Sepi sekali, gw ga melihat ada satu pun orang maupun kaleng yang lewat disini. Armor gw terasa luar biasa berat dengan tekanan yang gw rasain saat ini. Untuk melangkah aja gw butuh tenaga ekstra, belom lagi panasnya yang bikin gw susah konsentrasi. Tapi gw semakin yakin, klo gw bisa mengatasi semuanya di dalem sini, saat keluar, gw pasti udah jauh lebih kuat.

Gw masuk lagi kedalam sebuah lorong, belom terlalu jauh gw berjalan, gw melihat sekumpulan momon-momon yang rada kecil. Hmm..? klo ga salah itu monster Demolis, dulu gw pernah baca di Monster Manual jaman-jamannya masih di akademi. Tapi gw ga inget jenis momon seperti apa dan kekuatannya seberapa. Tapi klo disini harusnya ga cupu-cupu amat kan? Jadi untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, gw siapin pot 2K, dan gw meng-cast Weakness ke salah satu dari momon itu untuk menariknya ke arah gw tanpa yang lain mengikuti.

'KRUU..?' Bagus, momon itu menyadari kehadiran gw tanpa menarik perhatian yang lain. Dia pun perlahan-lahan mendekati gw, makin deket makin keliatan klo ini momon lebih cocok jadi pet daripada jadi momon, abis kayaknya ga berbahaya gitu.
Gw langsung menarik Field Lance gw dan bersiap untuk menyerang momon itu.

"Maaf ya..", kata gw sambil mengayunkan Field Lance gw, siapa yang nyangka?

'GROOOOAAA!!!', momon itu meraung (dan suaranya ga sesuai bayangan gw).

BRUAKK!!!

BUSET!! momon imut-imut nan tak membahayakan itu menerkam gw dan membuat armor gw sedikit retak, sekaligus membuat gw terpelating ke belakang. GILE?!! momon sekecil ini bisa bikin gw kayak gini??!! pot 2K gw bisa ga nutup klo gini!

"Ina...", sekejap gw tersentak. Hampir aja gw memanggil Inana untuk meng-heal gw. Klo gw lagi-lagi bergantung sama Animus-Animus gw, kapan gw bisa jadi kuat?! Gw pun berdiri dan mencoba meladeni momon itu lagi.

'Grrrr....' momon itu memperhatikan gw dengan tatapan yang lumayan galak, tapi dari tatapannya itu, seolah-olah dia berkata 'Cupu-cupu udah berani ganggu gw!' Kurang ajar! ga sopan! gw kembali menerjang dia dengan sekuat tenaga. Dalam battle yang berlangsung agak alot itu, akhirnya gw yang keluar sebagai pemenang. Dengan penuh kepuasan, gw melihat mayat momon itu yang perlahan-lahan wujudnya terurai menjadi partikel-partikel yang melayang ke langit. Gw membalikan badan dengan niat untuk menarik satu momon lagi untuk melawan gw.

Tapi... siapa yang sangka klo battle barusan itu membuat temen-temennya menyadari kehadiran gw, dan kenyataan bahwa gw baru aja membunuh salah satu temennya. Mereka langsung datang menghampiri gw rame-rame..... gawat nih.

'GROAAA!!' Whoaw... gw menghindari sebuah terkaman sementara gw mengayunkan Field Lance gw untuk mempertahankan jarak aman gw dari kumpulan 'pet-pet' lucu ini.

'GROAAA!!' BRUAK!! sebuah serangan mendadak dari belakang membuat gw tersungkur ke tanah. Emang gw kurang terlatih untuk mengatasi mob seperti ini, saat-saat seperti ini biasanya gw mengandalkan Paimon untuk menarik semua mob ini kearahnya, lalu di bantu Hecate dan Isis Cindy untuk membereskan sisanya. Sial! apa gw emang ga bisa apa-apa tanpa Animus gw?! Sial... sementara kumpulan momon-momon itu semakin mendekati gw yang belom bisa bangun dan akhirnya mereka menerkam gw berbarengan. "SIALANNN!!!!"

"Sand Storm!!!!"

DHUARRRR!!! DHUARRR!!!

Tiba-tiba sekeliling gw menjadi penuh debu hingga gw harus melindungi mata gw dari debu-debu tersebut. sesaat kemudian semuanya menjadi sunyi. Saat gw membuka mata lagi, agak jauh dari posisi gw, ada si Namine. Grazier cewe dari guild tempat gw bergabung : JusticE.

"Ngapain kamu disitu?", tanyanya dengan senyum yang sangat menggoda. si Namine ini salah satu Grazier yang cukup terpandang di Cora, bahkan katanya telah menjadi target bangsa dari bangsa-bangsa lain. Entah karena kecantikannya atau karena kemampuannya... Dia berjalan dengan sangat sensual mendekati gw. Dia berhenti dan berdiri cukup deket sama gw.

"mm... Sedang menikmati pemandangan?", tanya dia. Gw baru menyadari klo posisi gw memungkinkan.... maaf... SANGAT memungkinkan untuk mengintip dibalik rok nya.

"Ah... karena dibilang seperti itu, mungkin lebih baik klo gw mencari posisi yang lebih bagus ya..", jawab gw dengan senyum penuh arti (Klo temen-temen sih pada bilangnya senyum mesum...entah darimana mereka mendapat ide seperti itu).

"Hihihi..." Dia tertawa kecil. Wiww... manis banget... Ga sia-sia gw dateng kesini, bisa berduaan sama dia. "Jadi...?", Dia tanya lagi masih dengan nada sensualnya sambil meletakan tangan di pinggangnya. omigot... sexy banget...

Gw sedikit terkaget, lalu menjawab penuh sumringrah, "Hah? disini?? Beneran?!! ASIIKK!!", seru gw.

Dia terlihat sedikit bingung... lalu dengan tatapan aneh, dia berkata, "Ha?". Saat itu gw baru menyadari klo yang dia tanyakan berbeda dengan yang gw pikirkan....

"Euh... ga kok... ahahaha..... mmm... nanya apa tadi ya?", kata gw salting... gawat nih... gini deh klo kelamaan ga dikasih 'jatah'.

Dia tertawa lagi, "Tadi aku tanya, kamu ngapain disini?".

"Ohh iya... euh... lagi pingin... jalan-jalan aja", jawab gw masih salting. Sial, masa di depan cewe cantik nan sexy gini gw salting sih? ga gw banget gitu loh....

Si Namine berdiri dan berjalan menjauhi gw. Tiba-tiba dia berhenti. "Klo lagi jalan-jalan, gimana kalo jalan-jalannya sama aku aja? kita hunt bareng sekalian..", kata dia sambil melirik gw melalui sudut matanya dengan senyum yang menantang.

TRING! dalam sekejab gw udah berdiri di sampingnya. "Mana mungkin gw biarin wanita secantik kamu jalan-jalan sendirian di tempat berbahaya seperti ini", kata gw dengan penuh pengertian... (klo kata temen2 gw sih bilangnya penuh dengan nafsu... entah dari mana mereka bisa berpikiran seperti itu..)

Si Namine ketawa kecil. uoooghhh... manisnyaaa... OKEH! gw akan mencari arti dari 'kekuatan'!! wkwkwkwk.....

......

Si Namine ini rupanya grazier yang jempolan.... berapa kali kita bertemu momon-momon yang ga pernah gw liat, dia bisa membereskan semuanya dengan cepat dan rapih. Tanpa sempet gw bertindak apa-apa.... sial... gw jadi merasa ga guna gitu..... lagi gw berpikiran seperti itu, tiba-tiba di belakang Namine spawn seekor momon yang keliatannya cukup ganas. Gw langsung mencabut Field Lance gw, dan menerjang ke arah momon itu.

"Awas, min!!", teriak gw, dan menusukkan Field Lance gw sekuat tenaga. huhuhu.. akhirnya tiba saatnya gw menunjukkan ke'jantan'an gw... "CIAAATTT!!"........

WHUSH!!

Momon itu...... Menghindar!?!?! SWT!!! masa gw miss??!!!

DHUAKKK!!! twiiiiingg.... gw pun melayang dengan sukses di hantam momon tersebut. BRUG!! badan gw menghantam dinding yang panas, lalu terjatuh ke tanah. Rasa MALU gw bagaikan menghapus seluruh rasa sakit di badan gw, pot 5k juga kalah manjurnya........ Namine yang sudah menyadari situasi di belakangnya langsung mensummon Isis miliknya dan mengcast berbagai macam de-buff kepada momon tersebut. Ga sampe 1 menit, momon itu udah bye-bye...

Sial...

Namine menghampiri gw yang udah kembali duduk di tanah. Dia jongkok persis di depan gw. Tapi entah kenapa gw ga minat untuk ngintip celana dalemnya yang.................*lirik*....... putih. Dia memperhatikan muka gw dengan pandangan penuh pertanyaan.

"Mau ketawain gw? silakan... udah biasa", Kata gw sambil mengalihkan pandangan gw ke samping.

Namine tersenyum lagi, lalu tanpa gw duga, "Wahahahahha....", di ketawa.

"Swt.....", kata gw.

Namine berhenti ketawa, tapi masih dengan penuh senyum, "Loh? katanya disuruh ketawa?", jawabannya bikin gw manyun. Ngeliat gw yang manyun, dia malah ketawa lagi. "Boleh tanya?", kata dia.

"Kenapa?", jawab gw.

Terdiam sejenak, dia bertanya "Sebenernya.... kamu ini mau ngapain sih? gb pt dekat?", gw ga menjawab, "Soalnya aku agak bingung... kmu inikan cross job, kenapa ga gunain Animus2 kmu?".

"Apa gunanya Animus kalau yang punya cupu?", jawab gw agak ketus.

Dia pasang muka agak heran, "Lho? Pemikiran kmu agak aneh ya?", skarang gantian muka gw yang heran, "Mungkin karena kmu asalnya dari Warrior, jadi kurang ngerti ya rasanya jadi Summoner?", dia tersenyum memperhatikan gw yang mulai mendengarkan dengan serius. Dia akhirnya duduk di depan gw, entah karena pegel ato mulai nyadar klo celana dalemnya yang putih (dan ternyata berenda-renda) agak terlihat.

"Nah, skarang kan kamu tau, kalo Grazier itu adalah job paling empuk di Cora kan?", tanya dia. Gw ngangguk-ngangguk. "Nah kamu kalo jadi Grazier juga ga mungkin nyerang musuh sendirian dong?", gw geleng-geleng. "Jadi, udah ngerti kan?", gw geleng-geleng. "swt....." katanya, kemudian dia berdiri, "Yah, keliatannya kmu ga ngerti klo di jelasin dengan kata-kata, ayo berdiri!", katanya sambil mengayunkan tangannya. Merasa ditantang, gw berdiri. Dia melemparkan sebuh potion kepada gw.... Chaos pot?

Namine mengambil jarak dari posisi gw berdiri. "Coba serang aku", katanya. we? serius nih? Dia menenggak sebotol Chaos Pot miliknya. Dalam sekejap matanya berubah menjadi merah darah. "Kalo kamu ragu-ragu, kamu akan menyesal", lanjutnya. Buset, dari tatapannya, keliatan dia sama sekali ga becanda.
Mau ga mau gw juga jadi minum tuh Chaos Pot. Seumur-umur gw baru pertama kali ini minum chaos pot, baru tau klo minum ini, seluruh pandangan gw jadi memerah, dan bawaannya pingin makan orang. Pantes aja si Namine jadi sangar gitu.

Namine men-summon Red Isis miliknya. Beuh... gimana caranya gw mau ngelawan Grazier veteran ditambah Isis salon nya?

"Ga mau maju?", tantangnya.

Sial, diremehin gw. Gw pun mencabut Field Lance gw dan mempersiapkan seluruh buff yang gw punya, lalu tanpa menunggu undangan langsung menerjang ke arahnya...

Namine mengarahkan tongkatnya ke arah gw, dan tiba-tiba gw jadi susah bergerak. Sial! Ensnare?!

DHUAR! Ugh!! RIsis miliknya menembak gw. BUSET! sakit bo'!! Namine kembali mengarahkan tongkatnya ke arah gw, dan armor yang gw pake sepertinya menjadi lembek... DHUARR!! Ugh!!! RIsisnya kembali menembak gw, dan sakitnya jadi 2x lipat!! Weakness!! Dalam posisi gw yang serba payah, Namine kembali mengayunkan tongkatnya dan sepertinya membatalkan seluruh buff yang udah gw cast tadi...
Skill Thaw?!! sialan!!

Gw saat ini rasanya seperti bayi yang sedang dipermainkan. Dan ketidak-mampuan gw berbuat apa-apa saat ini, sama sekali tidak di hiraukan oleh Namine, dia mengangkat tongkatnya tinggi kearah langit, saat itu gw melihat langit berubah menjadi merah dan langit seolah terbelah dan mengeluarkan api..... swt.... Meteor?!!? Gila nih anak?!! dia serius mau ngebunuh gw??? Udah RIsisnya mencabik-cabik badan gw, dia mau menghabisi gw dengan Forcenya??

Gw udah ga bisa ngapa-ngapain lagi, tinggal pasrah menunggu nasib gw yang sepertinya skarang ada di tangan cewe sexy yang luar biasa ganas ini. Namine tersenyum sepertinya penuh kemenangan, ga gw duga dia menurunkan tongkatnya dan menyuruh RIsisnya berhenti menyerang gw. Lalu dia meng-cast Purge kearah gw dan melepaskan seluruh debuff yang tadi dia cast sendiri ke gw. Dia menenggak sebuah Potion lagi, sepertinya Potion yang menetralisir efek dari Chaos Pot. Dia menutup mata sambil meminumnya, selesai dia minum, mata indahnya yang berwarna coklat kembali seperti biasa.

"Nah... udah liat sendiri kan?", katanya sambil menghampiri gw. "Kekuatan seorang Grazier justru terletak di kerja sama antara sang Grazier dan Animusnya. Seorang Grazier tanpa Animus ga akan bisa memenangi sebuah pertarungan . Sama halnya sebuah Animus tanpa Graziernya", jelasnya. Lalu dia menambahkan, "Mungkin kamu ga tau karena tadi ga merasakan, tapi seandainya Meteor tadi jadi aku Cast, kamu pasti kuat nahannya. Karena kemampuan Force seorang Grazier masih jauh dibawah seorang Warlock.
Oleh karena itu lah Grazier memiliki Animus, untuk menutupi kelemahan kami". Gw terdiam, kayaknya mulai mudeng arti dari perkataan dia.

"Kamu tau kan?", dia melanjutkan, "Seorang Templar memiliki skill untuk melipat gandakan kekuatan serangannya, seorang Black Knight memiliki skill untuk memperkuat tameng dan armornya, karena mereka masing-masing memiliki tugasnya sendiri-sendiri", dia terdiam sejenak, sepertinya menunggu respons dari gw. Tapi karena gw ga ngomong apa-apa, dia meneruskan kalimatnya, "Mungkin kamu ga menyadari, bahwa sebenernya seorang X-job itu memiliki hampir segalanya yang dibutuhkan oleh seorang pejuang..... Kekurangan daya serangmu, bisa di lipat gandakan oleh Isis dan Hecate, ketidak mampuan mu bertahan di tutup oleh Paimon, sementara Inana siap kapan aja kamu butuh support untuk menyerang sendirian", Dengan kata-kata dia, sepertinya kepala gw jadi enteng... tanpa sadar gw tersenyum sendiri. Tapi gw baru inget, gw udah nyakitin hati para Animus gw, apa mereka masih mau menemani gw?

"Tapi.... gw udah mengusir Animus-animus punya gw...", kata gw dengan nada sedikit kecewa.

Namine tersenyum, "Jangan khawatir.... Animus adalah makhluk paling setia yang ada di dunia.... kamu ga perlu takut kehilangan mereka... apapun yang kamu lakukan terhadap mereka", jawabnya enteng.

Namine memegang pipi gw dengan lembut, "Kalo kamu bisa memaksimalkan potensi kamu, dan menyatu dengan animus-animus kamu, kamu bisa jadi seorang patriot yang tak terkalahkan lho....", katanya dengan suara yang sangat menggoda, "Dan aku suka...... cowo kuat.....", katanya lalu menarik leher gw dan mengecup bibir gw dengan sensual. Setelah dia melepaskan bibir gw, dia berjalan menjauh dari gw sambil berkata, "Kalau kamu udah lebih kuat, cari aku ya....".

setelah bengong beberapa saat..................OMG!! semangat gw langsung naik 279%!! YOSHH!!! gw akan berusaha!! gumam gw sambil mengepalkan kedua tangan gw di depan muka.

Gw berdiri tegak dan menutup mata.

"Inana..", sebut gw dalam hati.

'iya...', jawabnya dari alamnya. Hmm... sepertinya kata-kata Namine bener...

"Hecate...", panggil gw.

'ya...', jawabnya.

"Paimon..", lanjut gw.

'Siap....', Suara berat Paimon menjawab panggilan gw.

'Cindy....', panggil gw pelan...

'......', .....lho?

"Cin?", ulang gw.

'......', nah lho... kok dia ga jawab?

"Cindy....?", jawab gw lebih jelas dan penuh perasaan.

'.........nape?', jawabnya dengan nada yang gw tau seperti lagi ngambeg. ahahaha... wah... gw baru inget, jangan-jangan dia cemburu gara-gara si Namine nyium gw barusan.

"Semuanya......", gw terdiam sebentar ".......maafin gw yah... apakah kalian masih mau menemani gw bertempur? gw ga akan sanggup sendirian, gw butuh kalian semua.... maaf ya... "

Tanpa gw suruh, mereka semua menampakan dirinya di hadapan gw. Terlihat muka mereka (kecuali Cindy yang sepertinya masih ngambek) berseri-seri... bahkan Paimon yang biasanya susah terlihat berekspresi, kali ini mukanya sepertinya seneng, meskipun dia ga tersenyum sama sekali.

"Makasih ya semuanya...", kata gw, mereka semua mengangguk (kecuali Cindy yang memalingkan mukanya dari gw), "Ayo kita mulai....", belom sempet gw selesai ngomong, terdengar suara teriakan cewe dari arah Namine pergi tadi. Gw dan para Animus-animus gw saling pandang, lalu berlari ke arah teriakan tersebut.

Sampe sana, gw terkejut melihat pemandangan di hadapan gw, Namine sedang di keroyok oleh 4 Accretia, 3 Striker dan 1 Battle Leader, kocak banget ada satu Striker yang ga pake Armor celana....nama di tag name nya...Bispak...?? Wiw... jangan-jangan hay dia... Eh salah... Bismark ternyata....Namine sudah terduduk di tanah dengan kondisi penuh luka-luka, sementara Hecate miliknya juga sepertinya udah ga berdaya.

"Namine!!" Teriakan gw membuat para kaleng-kaleng itu menyadari kehadiran gw, dan sepertinya terbengong ngeliat 4 Animus gw. Gw bergegas menghampiri Namine dan mengecek kondisinya. Meskipun cukup parah, tapi sepertinya ga membahayakan nyawanya. Gw suruh Inana untuk mengheal dia. Setelah luka-lukanya pulih, Namine sepertinya masih cukup terkuras tenaganya melawan kaleng-kaleng tersebut.

"Kamu disini aja yah, biar gw yang menghadapi mereka!", kata gw.

"Kamu yakin? ada 2 kaleng level tinggi lho disitu?", tanya dia khawatir.

Gw tersenyum, "Tenang aja... percaya sama gw..", gw berdiri dan menghadapi para kaleng-kaleng tersebut, dengan ekspresi 'C'mon!', lalu gw bergerak menjauhi Namine supaya pertarungan ini ga melibatkan dia.

Gw berkata kepada 4 Animus gw, "Kalian semua siap?", mereka mengangguk tanpa ragu, "Bagus! ayo kita daur ulang kaleng-kaleng ini!!". 'HOAAAAAAA!!!!", gw langsung merapal semua buff-buff yang gw kuasai, anehnya, kali ini buff-buff nya terasa lebih bertenaga dan berisi. Keempat Animus gw juga sepertinya merasakan keanehan yang gw rasain. Mereka, seolah-olah memberikan buff pada diri sendiri, mengalami perubahan dalam wujud mereka.

Paimon perlahan-lahan tubuhnya di balut logam berwarna perak, Tanduk-tanduk Hecate satu persatu mengobarkan api, Inana pun berubah warna perlengkapannya menjadi warna emas, begitu juga dengan Isis Cindy, dimana lingkaran di sampingnya berubah menjadi warna emas. Huhuhu... badan gw sendiri sepertinya diisi dengan tenaga tak terbatas.

Gw mengeluarkan tongkat gw, sambil berteriak "AYO!!", gw meng-cast Ensnare, Power Drain, Sloth, Weakness dan Elemental Burn kepada striker-striker yang ada, Animus-Animus gw, tanpa perlu gw perintah, bergerak sesuai kemauan gw. Hecate menyerang mereka dengan serangan areanya, dan membuat beberapa kaleng tersebut stun. Paimon menutup serangan yang dilakukan oleh Striker yang masih bisa menyerang dengan badannya yang dilapisi perak. Dari samping, Isis Cindy menembak Striker yang sedang stun dan Def Gaugenya turun terus akibat serangan Hecate. Dari belakang, gw menyeruak ke depan sambil membawa Field Lance gw dan melakukan Thrust ke kaleng yang diserang oleh Isis Cindy.

"HEAAAA!!", kaleng yang ga make celana itu tanpa sempat bergerak (ga bisa gerak juga sih karena lagi posisi Siege Kit) hanya bisa pasrah menerima Field Lance gw yang menembus badannya dan menghabisi masa aktifnya, setelah gw cabut, gw langsung melakukan Shining Cut ke Striker yang satu lagi,

TRANGG!! wew, ga ko'it dia. Pasti lvl tinggi nih, pake baju putih sih. Tapi serangan gw setidaknya cukup menimbulkan kerusakan yang ga sedikit.

DHUARRR!!!

UGH!!.... satu Striker lagi rupanya menghajar gw dengan Compound. Serangan dia cukup berasa dan membuat gw terpental, tapi begitu gw mendarat di tanah, Inana dengan sigap langsung meng-heal gw. Gw langsung mengarahkan jempol ke arah Inana, dia tersenyum.

Gw berdiri dan menghampiri tim gw (Animus-animus gw maksudnya). Dan melihat ke arah kaleng-kaleng yang sepertinya kewalahan menghadapi kita. Gw tersenyum penuh kemeenangan melihat mereka yang ga bergerak dan sepertinya bingung untuk menentukan langkah selanjutnya.

"Huh... sepertinya ini akan selesai dengan cepat...", gw mengeluarkan tongkat gw dan mengacungkannya ke arah mereka "Ayo kita selesaikan!!", seru gw.

TIba-tiba gw memperhatikan mata mereka menyala sekilas. Battle Leadernya menghampiri Striker yang gw tusuk tadi, dan melakukan entah apa terhadapnya yang membuatnya bisa bergerak lagi. Striker yang udah aktif lagi itu matanya menyala lagi sekilas. Sial!! Battle Leader itu membangkitkan temannya yang udah mati! berarti kita harus habisi Battle Leader itu duluan!

"Incer Battle Leadernya!!", teriak gw. Isis Cindy tanpa tunggu lama langsung menembak Battle Leader itu, DHUAR!! Battle Leader itu langsung terpental dan terjatuh, tapi langsung berdiri lagi.
Striker-Striker yang ada langsung mengincar Isis Cindy,

DHUARR!! DHUARR!! DHUARRR!! Serangan mereka ditutupi oleh Paimon yang berdiri di depan Isis Cindy. Hecate dari samping langsung mengibaskan apinya untuk menghalau serangan para Striker-Striker tersebut. Satu Striker memisahkan dari dari barisan dan memancing Hecate, Setelah memasang Siege Kit lagi, dia menembakkan Launchernya, tapi muntahan senjatanya kali ini, berlemenkan air?!!! Peluru Cyclone??!!

BRUASHSHHH!!! Serangan dia menghalau api Hecate dan menghantam Hecate dengan elemen airnya yang membuat Hecate tidak sanggup melawan. Gawat!

"PAIMON!!", seru gw, Paimon langsung bergerak melindungi Hecate, Inana berusaha mengheal Hecate, tapi tidak berpengaruh, apakah karena elemen air tersebut?! Ketiga Striker yang ada memfokuskan serangan mereka kepada Paimon, seolah-olah ingin menghancurkan tubuh raksasa itu tanpa sisa.
Tapi pada dasarnya def Paimon luar biasa, dia ga bergeming sedikit pun dari tempatnya. Tiba-tiba Battle Leader yang tadi dipentalkan Isis Cindy kembali lagi, dan meng-cast sesuatu, entah apa itu.

Tiba-tiba gw memperhatikan ada yang aneh dari Paimon.... Lapisan peraknya..... lumer?!! Lapisan peraknya hancur perlahan-lahan seiring dengan serangan dari ketiga Striker itu dan semkin lama terlihat lapisan emas dibalik perak yang luntur tersebut.
Apakah...... Battle Leader tadi...... menurunkan Def Gauge Paimon??!

"CINDY!! BATTLE LEADERNYA!!", teriak gw. Isis Cindy menyadari bahaya yang terjadi dan langsung membobardir Battle Leader itu dengan serangannya, tidak perlu waktu lama bagi dia untuk meledakkan kaleng sialan itu! Rupanya dengan modarnya Battle Leader tadi, Def Gaugenya Paimon masih tidak kembali juga, Bahkan lapisan emas yang tadinya ada dibalik lapisan peraknya pun mulai hancur tiap kali dia menerima serangan Striker-Striker tersebut!! Inana terus berusaha meng-heal Paimon dan Hecate, tapi tidak berhasil, sehingga sepertinya dia makin kelelahan.

Gw menarik Field Lance gw, lalu menyeruak maju dan menyerang kembali Striker yang tadi gw tusuk. "CINDY!!", Isis Cindy mengerti maksud gw dan menggabungkan serangan dia ke target gw.

"HAAAAAAAA!!!", BRUAKKKKK!! Field Lance gw kembali menembus tubuh Accre yang sepertinya berlevel paling kecil (dan tidak bercelana). DHUARR!! Serangan tambahan dari Isis Cindy langsung meledakkannya.

Tapi gerakan gw kali ini sepertinya sedikit terlalu sembrono, Posisi gw saat ini rupanya empuk sekali bagi 2 Striker sisanya, mereka berdua mengarahkan moncong Launchernya ke muka gw, dan dalam hitungan detik, segalanya menjadi terang dari ujung selongsong mereka. Sial! gw melompat kebelakang sebisanya.

DHUAARRRR!!! DHUARRR!! Gw terpelanting karena hempasan anginnya. Tapi kok ga sakit? Saat gw melihat ke depan, Paimon rupanya kembali melindungi gw.... tapi.... Lapisan perak dan emasnya sudah hilang sama sekali.... dan serangan barusan... langsung menghantam badannya yang tak terlindungi lagi... Perlahan-lahan.... Badannya terurai menjadi cahaya-cahaya dan berangsur-angsur menghilang..

"TIDAAAK!!!! PAIMON!! INANA HEAL DIA!!", teriak gw. Tapi Inana tidak melakukan apa-apa, saat gw menoleh untuk melihatnya, dia sudah tersungkur di tanah, wajahnya luar biasa pucat dan sepertinya tenaganya sudah ada di titik terakhir, apakah karena berusaha mengheal Paimon dan Hecate dari tadi?? Dia sudah tidak bisa membantu apa-apa lagi. Gw hanya bisa menatap wujud Paimon yang pelan-pelan semakin menghilang berubah menjadi butir-butir cahaya.

DHUAR!! Tiba-tiba kaleng-kaleng itu dihujani serangan api, Hecate rupanya sudah bisa kembali menyerang, tapi tanduk-tanduknya sudah tidak ada yang mengeluarkan api lagi. Serangannya kali ini jauh lebih lemah dibanding serangannya saat kelima tanduknya masih mengeluarkan api. Isis Cindy berusaha membantu sebisanya dengan memfokuskan serangan ke satu Striker yang diserang Hecate. Satu Striker ber tag-name Soentul yang memiliki elemen air kembali menyerang Hecate.

BRUASHH!!! Serangan itu kembali membuyarkan api Hecate, dan sebelum serangannya mengenai tubuh Hecate, gw berlari dan berusaha menghalangi alur serangan Striker itu dengan badan gw. Tapi...

DHUARR!!! DHUARR!!! DHUARRR!! Doom Blast dari Striker yang satu lagi yang ber name tag Sukuna menghantam gw dan membuat gw terjembab serta terluka parah. Dalam ketidak berdayaan gw, gw menyaksikan adegan dimana Striker berlemen air tersebut meledak oleh serangan Isis Cindy, persis pada saat serangan elemen air miliknya menghajar Hecate untuk yang terakhir kali. Hecate pun, seperti Paimon, wujudnya mulai berubah menjadi butir-butir cahaya dan perlahan-lahan menghilang.

"HECATE!!!", gw berusaha berdiri dan meraih Hecate, berharap bila gw berhasil meraihnya, dia tidak akan menghilang. Saat itu gw menyadari kalau sebelah tulang kaki gw remuk dan tak mampu menopang badan gw sendiri. Gw menarik badan gw di tanah untuk berusaha mendekati Hecate yang semakin menghilang.... tanpa sempat gw sentuh.

SRIINGG.... tiba-tiba badan gw kembali terasa enteng dan kaki gw kembali ke kondisi semula, luka-luka gw pun mulai menutup. Dari ujung sebelahnya, gw melihat Innana meng-heal gw dengan susah payah menggunakan satu tangan sementara dia masih dalam kondisi terduduk di tanah, dan menggunakan satu tangannya untuk menopang badannya sendiri.

"JANGAN!! INNANA!! BERHENTI!!!", teriak gw, tapi Innana hanya tersenyum dan melanjutkan healnya hingga gw benar-benar sembuh. Seusai Heal yang terakhir, badannya langsung roboh ke tanah. Gw langsung berlari mendekatinya dan mendekap tubuhnya yang sudah tak bertenaga. "Innana!! Bangun!! Jangan kamu ikut-ikutan tinggalin gw!!", kata-kata gw udah sepertinya ga jelas dengan air mata yang mengalir entah dari kapan....

Innana tersenyum, senyumnya bagaikan seorang bayi yang polos... begitu murni.....
"Innana....... kamu.... bagaikan seorang adik buat gw... tolong....... jangan pergi.......", isak gw. Isis Cindy yang berdiri di samping gw pun sepertinya mulai menangis.

Senyum Innana menjadi lebih manis... lalu dengan kata-katanya terakhir, 'Terima kasih........ ka....kak..........', dia pun perlahan-lahan menghilang menjadi butir-butir cahaya..... di pelukan gw......

Paimon.......

Hecate.....

Innana.....

Semuanya telah pergi......karena ketidak mampuan gw........

"UWAAAAAAAAAAAGGGGGHHHHH!!!!!!", teriakan gw seolah menggema di seluruh Volcanic Cauldron. Segenap energi kemarahan bagaikan memicu seluruh buff-buff yang gw miliki langsung menjadi GM. Isis Cindy mungkin merasakah kemarahan yang sama seperti gw. Badannya tiba-tiba mengeluarkan cahaya yang sangat terang, tapi perlahan-lahan cahaya itu berubah menjadi merah..... semerah darah. Perlahan tapi pasti, seluruh aksesoris dan pakaian Isis Cindy berubah menjadi merah, kulitnya yang putih pun menjadi kemerah-merahan...ditopang oleh tenaga baru, kita berdua mendekati kaleng terakhir.

Striker tadi sepertinya sudah kehabisan Ammo, dan Siege Kitnya tak bisa menutup. Dia susah payah berusaha melepaskan Siege Kitnya melihat kita yang menghampiri dia. Kayaknya dia paksain untuk melepaskan Siege Kit itu dengan mematahkan sebagian lengannya. Begitu dia terbebas dari Siege Kitnya sendiri, dia berusaha untuk lari.

WHISHH..!! Ensnare gw langsung menghambat larinya dia...

DHUARR!! RIsis Cindy menembak, dan menghancurkan sebelah tangan yang masih utuh dari Accre itu.
WHUSH..!! gw meng-cast Weakness, Elemental Burn, dan Sloth.

DHUARR!! RISIS Cindy menembak lagi, kali ini menghancurkan sebelah kaki dari Accre yang berusaha kabur itu. Dia pun tersungkur di tanah dan mencoba mendorong dirinya sendiri menjauhi kita dengan satu kaki.

Gw dan RIsis Cindy pun sampai di dekatnya, Accre itu membalikkan badannya, mungkin menyadari kalo dia udah ga bisa lari lagi.

"Ucapkan 'Selamat Tinggal' sama kerajaan lu...", kata gw sambil menatap Accre yang udah ga berdaya di hadapan gw.

"*&^@#&!!@##^@!!!", Accre tersebut berseru dalam bahasa yang gw ga ngerti. Gw mencabut Field Lance gw dan....

"PREASURRE BOMB!!!!"

DHUARRR!!! ............ Kaleng dihadapan gw sekarang udah ga berbentuk lagi, ga ada yang sisa...

.........

Paimon.... Hecate.... Innana.... maafkan ketidak mampuan gw untuk melindungi kalian semua....

Gw akan terus menjadi kuat....

Agar pengorbanan kalian tidak jadi sia-sia untuk gw....

Agar kalian bisa memaafkan gw.....

Air mata gw kembali mengalir perlahan.... RIsis Cindy mendekati gw, dan memeluk gw dari belakang.... gw bisa tau kalau dia juga lagi menangis.

'Jangan sedih ya..... aku ga akan tinggalin kamu....', katanya... gw mengelus pipinya, lalu membalikan badan gw dan mengecup keningnya serta memeluk tubuhnya. Perlahan-lahan RIsis Cindy menghilang dalam pelukan gw dan kembali ke alamnya.....

"Ravi...!!", dari belakang seorang cewe memanggil gw.. owalah... gw lupa kalo ada si Namine. Dia masih terduduk di tempat tadi. Gw berlari kecil menghampirinya.

"Hei... kamu gapapa?", tanya gw.

Dia melihat gw dengan khawatir, "Harusnya aku yang tanya gitu, maaf aku sama sekali ga bisa bantu tadi.."

"Ah... gapapa kok... Animus-Animus gw.... mengorbankan diri mereka dengan gagah berani...", balas gw, agak sedih saat ngomong gitu.

"Iyaa.. aku masih agak susah bergerak meskipun luka-luka ku disembuhin Innana mu, untuk nge-cast aja kayaknya lemes banget", katanya lagi.

Gw menggeleng-gelengkan kepala, "Gapapa kok... ga ada yang gw sesali.... semua terjadi karena ada tujuan...", Namine mengulurkan tangan dan mengelus pipi gw.

"Kamu.... jadi semakin kuat....", Namine menatap gw dalam-dalam.... lalu perlahan-lahan menarik leher gw..... gw pun mencondongkan badan mendekatinya, tapi, badan gw oleng, dan tanpa sengaja, tangan gw 'mampir' ke pangkal pahanya.....

dia terkejut....

dan...

gw.......

...SHOCK!!!

Gw buru-buru mundur sejauh mungkin dari Namine.

"Kenapa....?", tanya dia.

"Min..... kamu..........", gw ampir ga berani meneruskan kata-kata gw, tapi.. "..........HODE?!".

Dia geleng-geleng lalu berkata sambil mulai menangis, "Terus kenapa kalo aku hode? kalo emang cinta, kita kan bisa adopsi anak?".

Dalam sekejap perut gw bagaikan dikocok-kocok dan........... gw muntah di tempat....... UEGHHHH!!!

Entah sejak kapan, Namine udah duduk disamping gw. BUSET!!
nih anak katanya tadi ga bisa bergerak?!!! kok bisa nyampe disini. Lalu dia meluk gw tanpa izin.

"Ravi.... kita pasti bisa bahagia bersama...", katanya.

"TIDAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKK!!!!!!!!!", raungan gw pasti bisa di dengar seisi Novus......
======================
To be continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar