Selasa, 05 Juli 2011

THE SIDE STORY OF NOVUS PART 21

The Story of Novus (Part 21) Show me the meaning of being lonenly...
===================================

Zinn keluar dari ruang perawatan prajurit dengan muka lesu, dia berjalan keluar dari markas Bellato.

................

Fuuhh... Hazel harus diopname selama 6 bulan....menurut dokter, kakinya yang hancur tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa diganti dengan kaki mekanik.

..........mekanik....

gw menatap lengan mekanik gw yang di balut dengan kulit buatan........

Cindy.......

Apa yang dialami oleh Hazel mengingatkan gw beberapa waktu yang lalu.... dimana gw juga terluka parah..... oleh serangan...... Cindy.

Sial. Gw jadi teringat lagi sama mantan tunangan gw, yang di rebut oleh sahabat gw sendiri.... tapi setelah gw pikir-pikir lagi.... Meskipun mesumnya ga ketulungan, Ravi bukan tipe cowo yang akan mengkhianati sahabat sendiri.... apa yang terjadi itu bukan salah dia.... apakah itu... salah... Cindy? ataukah.... salah..............gw?

Gw mengingat lagi kejadian dimana gw pertama kali kehilangan Cindy, dimana gw bertemu dengan TherMiaN dan berduel dengannya. Setelah TherMian mundur, BMAU Cindy di hancurkan oleh seorang Warlock........ Andaikan.... saat itu.... bukan Cindy yang jadi sasaran Warlock tersebut, kalo aja dia menyerang gw.... mungkin...... semuanya tidak akan seperti ini.... mungkin Cindy akan lebih bahagia.... dan dia tidak harus mati tertusuk oleh senjatanya Ravi saat gw berduel dengannya. Cindy tidak perlu berada di tengah-tengah perasaan gw dan Ravi.

Andaikan..... gw yang mati.... mungkin semuanya akan lebih baik...

hmm? di depan gw ada 2 pasangan Bellato yang lagi berantem. Yang cewe sepertinya Holy Chandra, dan yang cowo sepertinya Shield Miller kalo diliat dari perisai gede yang dia bawa. si Cewe, dari name tagnya gw liat, Aina. si cowo sepertinya namanya Rakuen.

"Kamu sih, kan aku dah bilang aku lagi lawan diatas 2 musuh, kamu jangan deket2!", bentak si cowo.

"Abisan, kalo aku jauh-jauh, nanti yang nge-heal kamu siapa?!", si cewe kayaknya ga mau kalah.

"Kalo keadaan emang mendesak kan kamu bisa Recall aku!! jangan bandel deh klo dibilangin!", semprot si cowo.

"Meskipun gitu juga, kamu pikir aku bisa tenang ninggalin kamu sendirian kayak gitu, Ra?!", si cewe kayaknya bener-bener keukeuh sama pendapatnya.

"Aduuuhh.... kamu ini...", si cowo menampar mukanya sendiri saking geramnya. Jadi ga tahan untuk nimbrung...

"Ehem....", gw bergumam untuk menarik perhatian mereka.

Mereka sepertinya agak malu setelah menyadari kehadiran gw.

"Halo, Zinn", kata si Rakuen.

"Lho? kok kenal gw?", tanya gw heran.

"Hihihi... siapa yang ga kenal Zinn? AR yang membantai satu peleton Cora saat war beberapa waktu lalu...", Sahut Aina.

"Ah... enggak gitu kok.... waktu itu kebetulan aja..", Jawab gw tengsin sambil garuk-garuk kepala.

Rakuen menepuk punggung gw, "Ahahaha... Jangan merendah gitu ah... kemampuan yang bagus jangan di umpetin...", tawanya.

Entah kenapa, meskipun dari dulu gw selalu jadi yang terbaik di pelajaran maupun prestasi, tapi gw ga pernah terbiasa dengan pujian-pujian seperti ini.... Sekalipun kedua orang tua angkat gw yang memuji gw... seneng sih... tapi kayak ga nyaman aja....entahlah...

"WAAA!!", teriakan Aina menyadarkan gw dari lamunan. Gw dan Rakuen langsung melihat kearah Aina dan melihat dia seperti shock berat. Mata gw mengikuti arah pandangannya, dan gw melihat... Monica. "Ada Cora!! Raku!!", Teriak Aina, seru sendiri.

Rakuen menghela nafas panjang, "Hahh... Kamu ini.... masa ga tau dia sih?", Aina menatap dia dengan pandangan aneh, "Itu loooh... yang jadi mata-mata Bells di Cora... Kemaren-kemaren kita bisa dapet keuntungan di Chip War juga berkat informasi-informasi dari dia", Jelas si Rakuen.

Aina cuma bisa berkedip-kedip, "Masa ya?", Sejenak kemudian "Ouw.. Okaay", Rakuen kambali mengehela nafas panjang, dan klo di komik-komik pasti ada butiran keringat gede di samping kepalanya....huhuhu....

Mata Monica menangkap gw dari sudut pandangnya, lalu menghampiri kita sambil tersenyum. "Hai...", sapanya setelah berdiri cukup dekat.

"Halo", bales gw, "Kenalin, ini.....emmm", gw mau memperkenalkan kedua orang disamping gw, tapi gw agak-agak lupa namanya.
"Aina..", si Aina mengulurkan tangannya duluan, Monica pun membalas jabatan tangan Aina.

"Monica...", bales si Monica dengan tersenyum.

Gw liat Rakuen mau mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri ke Monica, tapi tiba-tiba si Aina memeluk lengan Rakuen dan bilang, "Yang ini namanya Rakuen...", katanya ceria, "Dia punya gue lho...", lanjutnya dengan tatapan membunuh kepada Monica...... swt.... ganas betul...

"Ada apa hari ini dateng ke sini, Mon?", tanya gw untuk memecahkan aura membunuh yang ada di udara.

Monica yang kayaknya tadi bingung mau ngomong keliatannya cukup lega dengan pertanyaan gw, "Oh.. enggak, lagi memberikan informasi terbaru aja... biasa deh, laporan rutin", jawabnya.

"Ada kabar apa dari Cor.....aw!", Rakuen keliatannya mau nanya, tapi gw liat dari tangannya yang masih di jepit sama si Aina.... keliatannya dicubit...... tapi si Aina malah keliatan ga bersalah gitu sambil senyum-senyum.... swt.....

"Mmm...", Monica keliatannya agak ragu mau ngejawab si Rakuen, akhinya dia menatap gw dan menjawab pertanyaan tadi, "Ada kabar kalo Cora lagi membentuk pasukan rusuh untuk menyerang unit-unit MAU yang sedang farming di ether dalam waktu dekat".

"APA?!", kita bertiga serentak terkejut, gw perlu informasi lebih, "Kira-kira... ka...", tiba-tiba Aina memotong pertanyaan gw.

"DUASAR CORA GA TAU DIRI.... BANCI-BANCI @&!^&@*#^@&!", maki-maki dia.... Gw, Monica dan Rakuen hanya bisa berekspresi.............. swt. Rakuen yang sepertinya cukup mengerti si Aina, memeluk Aina dari belakang, dan berkata,

"Tenang sayang....", wah, ternyata cukup efektif, si Aina langsung diem, "Kita beresin mereka, OK?",

Aina tersenyum dan berkata "Pastinya!!", sambil mengepalkan kedua tangannya di depan muka.

"Anu... kayaknya pasukannya cukup banyak lho.... paling sedikit 2 party...", kata Monica kepada kedua pasangan itu.

Aina keliatan sewot, "HUH!! klo gue sama Raku yang urusin, pasti bisa beresin semuanya!!", katanya mencak-mencak, Rakuen dari belakang Aina mengisyaratkan kita untuk jangan berkata apa-apa lagi dengan menempelkan jarinya ke bibir.... kembali... gw dan Monica berekspresi........... swt.

"Ayo kita berangkat!!", seru Aina.

"He?", Rakuen kaget, "Berangkat kemana?", tanyanya.

"Ke Ether lah!? kemana lagi?", jawab Aina.

"WHAT?! mau ngapain kesana sekarang?!", seru Rakuen.
"Kita patroli disana!!", sahut Aina, dengan mata yang berbinar-binar. Rakuen menghela nafas panjang.

"Lho? Tapi...", belom selesai gw ngomong, si Rakuen kembali meletakkan jarinya ke bibir sambil meringis.....swt.... ia deh... gw ga jadi ngomong.

"Oke deh klo gitu, kita pergi dulu yah, sampe ketemu lagi", kata Rakuen kepada gw dan Monica.

"Cya....", lambai Aina. Lalu mereka berlalu meninggalkan kita, sepertinya mau ngambil duit dulu di bank.

Gw dan Monica jadi berpandang-pandangan, seperti mengerti arti pandangan gw, Monica mengangkat bahunya seolah berkata 'terserah...?'

Akhirnya gw menetapkan hati dan memanggil kedua pasangan itu, "Hei! Tunggu bentar!", mereka berdua berhenti dan menengok ke arah gw. Gw dan Monica berjalan menghampiri mereka. "Kalo kalian ga keberatan, kita berdua mau ikut", Aina menatap tajam ke arah Monica.

"Ngapain?", katanya sinis.

"Gw juga mau analisa lokasi, siapa tau bisa menentukan titik-titik rawan serangan Cora, dan Monica ini bisa membantu memberi opini untuk lokasi-lokasi arah serangan Cora", jelas gw. Si Aina manyun, tapi Rakuen menjawab,

"Oke, ayo kita sama-sama kesana, lebih banyak mungkin lebih aman", katanya ramah sambil mengelus-elus kepala Aina. Gw pun tersenyum dan kita bersama-sama ke bank untuk mengambil duit dan men-stock potion secukupnya. Karena unit MAU gw masih dalam perbaikan, gw mengambil senjata panah gw dari tempat penyimpanan, hei, gini-gini juga gw mantan Advanturer waktu di Cora.

.........

Setelah beberapa lama, akhirnya kita sampai di Ether setelah melalui perjalanan yang terasa lamaaaaa banget dengan pesawat Kartella. Dalam pejalanan yang lama itu, gw jadi tau kalo Rakuen dan Aina ini rupanya pasangan yang sangat mesra sekali. Dalem pesawat tadi mereka ga malu-malu untuk menunjukkan kemesraan mereka, malah gw sama Monica yang jadi malu hingga akhirnya memisahkan diri dari mereka berdua selama di pesawat.

Begitu keluar dari terminal, Angin dingin beserta salju-salju yang turun menyapu muka gw.... gw jadi inget........ Cindy....... dia selalu membalut leher gw dengan syal buatan tangannya sendiri tiap kali gw ada tugas ke Ether. Gw baru inget..... gw taro dimana ya itu syal? Gw ga pernah sentuh lagi semenjak gw ngebuang cincin pertunangan kita. Euh... Bukan cuma syal itu doang deng.... gw baru menyadari kalo semenjak Cindy ga ada, gw belom pernah ke Ether lagi.

"Zinn?", Monica yang berdiri agak di depan menyadarkan gw yang lagi bengong.
"Eh, iya?", sahut gw.

"Ayo kita jalan, Aina sama Rakuen udah jalan duluan tuh!", serunya.

"Ah, ok... sori, gw agak ngelamun", Jawab gw sambil mempercepat jalan gw.

Rakuen dan Aina udah nunggu di depan pintu terminal, lagi bermesra-mesraan.... swt. Setelah mereka menyadari kedatangan kita, kita pun mulai berjalan menuju White Hole....

Sesampainya di White Hole, terlihat cukup banyak unit-unit MAU yang sedang farming dengan menyerang monster-monster yang ada disana. Kelihatannya cukup damai.... kita ber-4 mulai berjalan mengelilingi daerah itu. Gw dan Monica ngebahas beberapa kemungkinan jalur-jalur yang akan dipakai oleh pasukan rusuh dari Cora. Dibelakang kita, Rakuen dan Aina mendengarkan dengan seksama. Tiba-tiba Aina berseru,

"Tunggu!", kita serentah berhenti dan melihat ke arah Aina. Aina memandang ke belakang dengan tatapan curiga.

"Kenapa, Ai?", Tanya Rakuen.

"Ssstt.... ada yang ngumpet....", katanya dengan muka yang serius, dan masih memandang ke arah tempat kosong. Rakuen mengangkat pedang dan perisainya ke posisi tempur. Gw dan Monica pun ikutan memasuki battle mode.

"Revealer!!", seru Aina sambil mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi.

TRIING... sekejap semuanya menjadi terang, dan ga jauh dari posisi kita berdiri, nongol 3 orang Assasin dan Stealer. Buset! sejak kapan kita diikutin sama Cora-Cora ini?! Monica terlihat khawatir, pasti karena takut identitasnya sebagai mata-mata terbongkar...

"Aina! Rakuen! Jangan sampe ada yang selamat! Bunuh semua!!", teriak gw. Monica menenggak Chaos Pot untuk membantu kita membereskan para stalker2 ini, dan langsung mensummon Hecate miliknya.

Rakuen dan Aina rupanya sudah cukup berpengalaman dalam urusan bertempur, dan kekuatan serangan Rakuen meskipun sebagai seorang Shield Miller kuat banget! mungkin ampir sekuat seorang Berserker. Ditambah kemampuan bertahannya yang tinggi, dia hampir sempurna sebagai seorang prajurit. Belom lagi dengan full support dari Aina, kemampuan Rakuen seolah-olah menjadi berlipat-lipat. Bener-bener pasangan yang mantap.

Ga perlu waktu yang lama untuk kita membereskan ketiga Coro itu. Mereka emang luar biasa lincah, tapi dengan de-buff abis2an dari kedua spiritualist yang ada, kelincahan mereka semua bisa kita kunci. Berdirinya Rakuen di garis depan membuat kita semua yang berdiri di belakangnya merasa tenang dengan kemampuannya menggunakan perisai besar itu.

Setelah para Coro-coro itu bobo di atas salju, Aina lompat-lompat kegirangan dan menepuk-nepuk pantatnya di depan mereka. swt... Fiuh... untung ga ada dari mereka yang lolos, kalo ada yang lolos, bisa-bisa identitas Monica bakalan terbongkar. Wajah Monica juga terlihat lega.

"Sepertinya mereka melakukan hal yang sama seperti kita", kata Rakuen.

"Yah, gw rasa juga gitu...", sahut gw.

"Masalahnya tinggal, apakah mereka ini lagi survey lokasi doang, atau justru pasukan pendahulu?", kata Monica.

Rakuen menyahut, "Ah iya ya.... sayang udah ga ada yang bisa kita tanyain, kalo salah satu masih ada yang bernaf.....", Kata-kata Rakuen terhenti saat dia membalikkan badan untuk melihat ke arah boyband yang lagi bobo itu, sebuah panah melesat tipis di pipinya.

SHUUUUTTT....... JLEB!!

Panah yang melesat dari belakang Rakuen itu mengenai......... Monica!

"Uhk!" , Monica memuntahkan darah dari mulutnya dan wajahnya seperti ga percaya saat sebuah panah menembus bahu kanannya. Diapun roboh ke atas salju. Dari belakang Rakuen terlihat, Stealer yang tadi ada yang masih hidup!! sial!! jangan-jangan dia pake skill Fake Death!!

Belom sempet kita semua bereaksi, Stealer itu menghilang lagi. Aina entah kenapa terbengong melihat kondisi Monica.

"Ai!! Revealer!! Cepet!!", teriak Rakuen. Aina yang tersadarkan dari bengongnya melihat-lihat di sekelilingnya dan meng-cast Revealer. Tapi Stealer tadi udah ga terlihat lagi. Dia berhasil kabur.... gawat........ ini gawat...... Tapi sekarang prioritas utama adalah menyelamatkan nyawa Monica.

"Aina! Kamu ga bisa heal dia?!", tanya gw sambil berlutut disamping Monica yang lagi bernafas dengan susah payah.

"Mana bisa?! Ngaco aja! Dia Grazier kan? suruh panggil Innanya aja?!", jawab Aina rada panik.

"Oh iya, Mon, kamu bisa summon Innana kamu?", tanya gw ke Monica. Monica yang keliatan cukup menderita meraih tongkatnya, lalu menggenggamnya, dia sepertinya berusaha meng-cast sesuatu, tapi mulutnya ga sanggup mengeluarkan kata-kata.

"Dia ga bisa nge-cast?", tanya Rakuen.

Gw memperhatikan Monica yang sepertinya kesakitan sekali setiap mau berbicara, "Kayaknya sih gitu". Mungkin akibat panah yang masih tetancap di bahunya? Gw memegang batang panahnya yang tertancap cukup dalam, berniat untuk mencabutnya, "Mon, tahan ya?", Monica mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan mengangguk pelan.

Setelah menarik nafas panjang, dengan satu tarikan pelan tapi pasti, gw mencabut panah itu, Monica mengerang kesakitan, "uuugGGGHHHHKKKKK!!!", darah segar muncrat dari lubang di bahunya, gw yakin rasanya ga menyenangkan sama skali. gw langsung berusaha menutup lukanya dengan sobekan lengan baju gw. Setelah erangannya itu, Monica pingsan, dan gw sempet rada panik juga.

"Mon? Mon?", seru gw sambil namparin pipinya pelan2.

PLAKKK!!! duh! si Aina nampar pipi gw kenceng banget.
"DASAR BEGO!! Masa orang pingsan di tampar-tamparin sih?!! Dasar cowo!! kebanyakan nonton film lo!!", bentak dia. Gw cuma bisa terbengong abis ditampar.

"Cepet gendong dia! Kita harus bawa dia ke tempat yang hangat, klo kita terus ada di tempat dingin, suhu badannya bisa ngedrop dan dia bisa mati", seru Aina. Gw langsung membopong Monica, dan kita bertiga mencari tempat untuk merawat Monica, sekaligus bersembunyi dari sergapan pasukan Cora yang mungkin skarang lagi nyari kita ber-empat.

Ga jauh dari tempat kita bertarung tadi, ada sebuah gubuk. Entah bikinan siapa, entah orang yang punya masih ada ato nggak. Rakuen masuk duluan untuk mengecek situasi di dalem. Tiba-tiba...

"UWWAAAA!!", Rakuen berteriak dari dalem. Gw buru-buru meletakkan Monica di atas salju dan merangsek masuk mengikuti Aina yang udah nyelonong duluan.

"Kenapa, Raku?!", seru Aina khawatir. Rakuen yang berdiri disana, sendirian, ngeliat kita dengan ekpresi salah tingkah.

"Euh... enggak..... itu.... tadi.... ada.......*uhuktikusuhuk*", kata Rakuen agak-agak pelan. Mukanya kayak malu-malu gitu.

"Ha?! ada apaan?", tanya gw penasaran.

"*UHUKTIKUSUHUK*", jawaban Rakuen yang udah dikencengin masih ga jelas juga buat gw, tapi buat Aina keliatannya cukup jelas.

JEDUG!! gubrak..... Aina menghadiahkan satu bogem mentah ke rahang Rakuen. Si Rakuen ampe ngejengkang gitu... kalah kayaknya Berserker sama si Aina.....

"GARA-GARA TIKUS KMU TERIAK GITU?!!! KAMU INI COWO APA CEWE SIH?!!", bentak Aina. ZZZZZZZZ... si Rakuen barusan teriak gara-gara tikus?! swt...!!

"Bukan masalah cowo ato cewe sayang....", jelas Rakuen, "Tadi aku lagi sweeping udah kayak di game Rainbow Six.... namanya lagi konsentrasi penuh, wajar doong kaget gara-gara kaki aku di tabrak tikus?!", ekspresi Rakuen memelas banget waktu dia ngomong gitu.
Hayah.... gw jadi ninggalin si Monica tuh di luar sendirian. Gw pun keluar untuk mengambil Monica (emangnya barang?). Saat gw keluar.... Monica..... udah ga ada disana!!

"Rakuen!! Aina!! Monica hilang!!", seru gw.
Rakuen dan Aina bergegas keluar, dan kita bersama-sama celingak-celinguk. Ga perlu waktu lama untuk kita menyadari....

....klo gw salah inget naro si Monica di mana, karena dia masih tertidur dengan nyaman di tumpukan salju yang empuk, persis di tempat yang gw taro tadi.... dan bukan tempat yang gw liat barusan.....

GLEPOK!! Aina dengan sukses menampol rahang gw. Skarang gw yang ngejengkang.

"Kalian cowo-cowo kok pada DODOL-DODOL semua sih?!!", bentak Aina sewot.

Rakuen memegang pundak Aina, "Sayang, kamu jangan galak-galak knapa s.....", blom sempet Rakuen menyelesaikan kalimatnya, Aina udah menatap Rakuen dengan tatapan membunuh, dia langsung mundur 2 langkah tanpa aba-aba.

"nngghh....", dari tempatnya, Monica mengerang. Gw langsung buru-buru bangun dan membopongnya lagi. Kita berempat pun langsung masuk ke dalem. Rakuen dan Aina membereskan sebuah meja yang sepertinya bisa di pake untuk Monica tiduran. Gw merebahkan Monica di sana. Saat itu, Monica melek, dan berusaha bangun, "UGH!", tapi rasa sakit di bahunya membuat dia ga mampu duduk.

"SShhh... jangan bangun dulu, tiduran aja. Luka kamu cukup parah nih...", bujuk gw.
"Ini..... dimana...?", tanya Monica.

"Di tempat yang aman........ semoga", jawab gw. Aina ngejitak gw dari belakang. Buset.... apaan sih?! Aina menatap gw dengan tatapan membunuh lagi... bikin gw jadi ga bisa ngomong apa-apa.

"Luka mu perlu cepet dirawat. Masih ga bisa panggil Animus?", tanya Aina. Monica geleng-geleng. "Yawdah, kita rawat secara konvensional aja, Bajunya di buka dulu ya?".

"Ha?!", gw dan Rakuen berseru berbarengan.

"Kalian keluar dulu, gw kasih dia pertolongan pertama dulu, seenggaknya bisa mengehentikan pendarahannya", kata Aina serius. Gw sama Rakuen liat-liatan dan dia mengangkat bahunya.

"Yawdah, kita keluar dulu", kata gw. Baru aja gw mau berjalan pergi, Monica meganging tangan gw. Mata Aina berkedip-kedip ga jelas, trus ekspresinya yang 'nguehehehe...begitu ya...?', tapi gw sendiri juga bingung sama apa yang terjadi.

"Yawdah, Raku, kmu keluar dulu deh, jaga diluar ya..", kata Aina.

"Okay..", kata Rakuen, sambil berjalan keluar.

"Kalo ada apa-apa, teriak yaa, sayang" gubrag... kayaknya Rakuen nyungsep tuh di depan pintu denger kata-kata Aina. Aina-nya cekikikan.

Setelah Rakuen menutup pintu, Aina menyuruh gw untuk membelakangi mereka. "Jangan ngintip!", katanya. Jadi gw ngadep tembok dulu deh. Dari belakang, Monica mengerang-ngerang (dan kedengerannya cukup... euh... menggairahkan), sepertinya Aina lagi membersihkan luka-lukanya

"Ah..."
"Sakit? tahan ya.."

"hu..uhhh..."

"mmmhh..."

"aw!"

"aahhh.... aww... pelan-pelan....."

SWTTT!!! gw ga ngeliat mereka malah jadi lebih parah!! imajinasi gw jadi kemana2!! dan siksaan ini berlangsung kurang lebih 10menitan....

"Nah... selesai", akhirnya Aina berseru. Gw membalikkan badan dan melihat bahu Monica udah terbalut dengan rapih dengan perban, sementara armor Spiritualisnya yang di bagian pundak dan leher ga di pake lagi. jadi keliatan kayak make kemben dia.... swt.

"Wah... hebat ya perawatannya...", puji gw.

"Hmph... wajar dong... gw kan HC!", sahut Aina. "Ah.. Mon, rambutmu itu di pinggirin dulu ke sampingnya, jangan sampe kena perbannya, ntar bau lho...", lanjutnya.

"Ah.. iya...", Monica-pun menguraikan rambutnya kesamping dengan sebelah tangan dan memperlihatkan lehernya yang..... ber-tanda lahir..... sama kayak punya gw?! Monica memperhatikan ekspresi gw yang shock, dan menyadari kalo gw lagi ngeliatin tanda lahir di lehernya. Dia menatap gw dan tersenyum.

"Mon.... kok... kamu.....", kata gw terbata-bata. Monica senyum-senyum penuh arti. Aina yang bingung gitu ngeliatin kita berdua.
"Mmm... Halo............ kakak..", kata-kata Monica bener-bener menyambar gw bagaikan petir. Kakak? gw.... punya ade?!

"Tapi.... kok.....", gw ga ngerti mau ngomong apa.

"hmmm... kayaknya gw mendingan keluar dulu kali ya...?", kata Aina sambil melangkah keluar dari gubuk ini.

Gw dan Monica terdiam seribu bahasa untuk beberapa lama, hingga akhirnya dia yang berinisiatif memulai pembicaraan.

"Seperti dugaan ku, Kakak ga tau tentang aku kan?", tanyanya, gw geleng-geleng, masih dengan ekpresi ga percaya. "Mm... apa... kakak mau denger ceritanya?", tanya Monica agak ragu. Pertanyaan yang bodoh... jelas aja gw mau tau.... karena masih ga bisa ngomong, jadi gw ngangguk-ngangguk aja.

Monica nyari posisi duduk yang enak, lalu dia mulai bercerita, "Begini ceritanya....", gw menelan ludah....
seakan-akan mau memasuki dunia yang sama sekali gw ga kenal. "Orang tua kita, seperti yang kakak tau, merupakan pernikahan antar bangsa. Papa dari Cora dan Mama dari Bellato. Kita berdua sebenernya adalah anak kembar, kakak lebih banyak mewarisi gen Bellato, sementara aku lebih banyak mewarisi gen Cora. Saat orang tua kita dihukum mati oleh pengadilan Cora, Papa menitipkan kakak kepada adiknya, sementara Mama menitipkan aku ke sepupunya yang ga mempunyai anak". Gw yang terbengong menyadari klo rahang gw masih belom tertutup untuk beberapa lama, jadi tenggorokan gw agak kering. Gw pun menutup mulut dan menelan ludah.

Monica memperhatikan gw sesaat, lalu melanjutkan ceritanya, "Waktu aku berumur 12 tahun, orang tua angkat aku memberitahukan kenyataan tentang orang tua aku, dan keberadaan kakak, berdasarkan cerita dari Mama, tapi rupanya Papa lupa memberitahu orang tua angkat kakak klo di dunia ini ada aku, makanya kakak ga tau apa-apa soal aku".
"Lalu... kenapa kamu bisa jadi spiritualist di Cora?", tanya gw.

Monica menarik nafas panjang, lalu menghelanya pelan, "Waktu aku berumur 14 tahun, aku minta izin sama orang tua angkat aku untuk nyari kakak ke Cora. Dan karena aku banyak mewarisi gen Cora, tinggi badan aku cukup mencukupi untuk jadi bangsa Cora, malah kalau di Bellato, orang-orang melihat aku agak aneh...", sesaat dia meringis dan memegang bahunya, mungkin obatnya lagi bekerja dan merangsang pembentukan sel2nya dan membuatnya terasa sakit. "Setelah melalui berbagai ujian, aku berhasil masuk ke akademi, makanya aku ada 2 tahun di bawah kelas kakak. Dan ternyata, menemukan kakak sama sekali ga susah, karena kakak cukup terkenal dan mempunyai banyak fans lho di akademi. Trio ZTR udah kayak selebriti aja lho kalo di akademi".

"ZTR?", tanya gw heran.

"Zinn-TherMiaN-Ravi, si Charming, si Keren, dan si Playboy...", kata dia cekikan.

"Wew... masa sih?", sahut gw salting.

"ahaha... jangan ke ge-er-an gitu ah kak...", canda Monica.

"Tapi... kenapa kamu ga pernah ngomong sama gw?", tanya gw (sambil mengalihkan perhatian).

"Emm... aku ga tau harus ngomong apa..... masa aku dateng tiba-tiba di depan kakak dan bilang, 'halo kak! aku ade-mu lho..!', gitu? Orang kayak kakak gitu langsung bilang 'Oh...adikku...kemana saja dirimu??', klo si Ravi mah pasti ngomong gitu entah ade apa bukan juga sambil dipeluk...", jelas Monica.

"Ow...oke... masuk akal..", jawab gw.

"Setelah lulus dari Akademi, aku denger gosip kalo kakak membelot ke Bellato... aku sebenernya seneng.... karena rumah aku yang sebenernya ada disana. Aku juga bertahan di Cora setelahnya untuk melanjutkan peran sebagai mata-mata karena begitu mencintai bangsa Bellato, dan seandainya orang yang aku sayang masih berada disana, pasti aku akan ajak dia untuk membelot ke Bellato juga", tutur Monica.

"Orang yang kamu sayang? siapa? masa...... si Ravi??", tanya gw curiga.

"Bukan.... mm..... si.... TherMiaN", jawab Monica malu-malu.

"Ow si TherMiaN.... yaa... klo dia sih gapapa..............................WAK?! THERMIAN?!! Dia kan udah jadi...", Sentak gw, kaget.
"Swt.... reaksi kakak kok sama kayak si Ravi sih?", ketusnya.

"Ya wajar lah?? dia kan udah jadi....", seru gw.

"Biarin knapa sih?!!", bentak Monica, wew.... galak betul.... gw kayaknya ga segalak itu deh? apa gini yah anak kembar?

"ok...ok... sorii.... mending kita bahas yang lain...", kata gw.
BRAKK!! Aina menerobos masuk ke dalem. Bikin gw sama Monica sampe lompat karena kaget. Ekspresinya kayak abis ngeliat hantu.

"Gawat! Pasukan rusuh Cora udah nyampe sini!!", serunya.

"APA?!", gw dan Monica bereaksi berbarengan, kita semua buru-buru keluar dari gubuk itu. Rakuen terlihat lagi mengamati situasi di balik sebuah pohon besar. Dia melihat kita keluar dari gubuk, dia mengisyaratkan dengan jarinya supaya kita jangan berisik. Lalu mengisyaratkan agar kita mendekat perlahan-lahan. Begitu kita berdiri di dekatnya, Rakuen menunjuk dan pandangan kita mengikuti arah tanganya..... dan melihat..... Cora..... banyak banget! ini bukan cuma 2 party...... 5 party?!! Gila!! 40 orang?! dan diantara mereka, ada satu Stealer yang tadi lolos dari sergapan kita. Bah, identitas Monica pasti udah terbongkar. Mau ga mau dia harus kita bawa pulang.

Rakuen ngeliatin gw dengan muka super khawatir. Sorot matanya bagaikan berkata, 'kita ga akan bisa bertahan hidup dari serangan mereka', lalu dia berkata, "Kita harus pergi dari sini... kembali ke terminal.... skarang juga...", kita semua mengangguk. Kita berusaha untuk kembali ke Terminal dengan sangat sembunyi-sembunyi, sementara pasukan rusuh Cora itu mulai memisahkan diri dan membagi pasukannya menjadi beberapa bagian. Sepertinya mereka mau men-sweeping area ini seluas mungkin.

Jalan kita untuk kembali ke Terminal emang sangat-sangat sulit. Baru beberapa langkah, kita harus ngumpet karena ketemu pasukan Cora yang mencar-mencar. Pada satu kesempatan, kita harus ngumpet dari 3 Cora yang sweeping. Rakuen dan Aina saling bertukar isyarat tangan yang kayaknya mereka doang yang ngerti. Tapi kalo gw tebak, mereka mau coba menjatohkan 3 Coro itu. Rakuen lalu melihat gw dan memberi isyarat dengan menunjuk Cora-Cora itu. Gw mengangguk.

Rakuen tiba-tiba melompat dan menghalangi jalan para Coro itu dan mengalihkan perhatian mereka kepada dirinya. Sementara Aina dari jarak yang cukup aman mengcast Ensnare, Optic Palsy dan semua de-buff2 penting. Tanpa aba-aba lagi, Rakuen mengayunkan senjatanya dan melumpuhkan Coro-Coro itu, gw membantu seadanya dengan panah gw. Kali ini, Rakuen ga mau melakukan kesalahan yang sama. Setiap ada Cora yang jatuh ke tanah tak berdaya, dia menancapkan pedangnya sekali lagi untuk memastikan bahwa lawannya bener-bener mati. Wajah dan tubuhnya yang dilumuri darah musuhnya seperti menegaskan kalo dia bener2 khawatir akan keselamatan kita.

Tapi... apa mau dikata? mungkin emang nasib lagi ga berpihak kepada kita, tiba-tiba langit menjadi cerah dan terdengar...

DHUAR!! DHUAR!! DHUARR!! kita semua melihat ke arah langit.... kembang api?! agak jauh terlihat seorang Dark Priest menyalakan kembang api! sial!! kita ketauan!! Rakuen langsung berteriak,

"Lari!! cepetan!!", serunya. Kita pun buru-buru lari untuk menghindari sergapan pasukan Cora. Tapi... bagaikan udah ditakdirkan... ternyata posisi kita udah berada di tengah-tengah kematian. Dari depan, belakang, samping, dari semua arah, udah berdiri Cora-Cora yang kayaknya ga akan membiarkan kita lari segampang itu.

"Raku....", kata Aina gemetar, sementara dia memeluk lengan Rakuen dengan kencang. Monica pun jadi merapat ke punggung gw, dari tubuhnya yang gemetar, gw bisa rasakan ketakutannya. Jangankan dia, kaki gw saat ini rasanya lemes banget ga bertenaga.... Apakah kita semua akan berakhir disini?

"Ai...", suara Rakuen agak bergetar, tapi tatapan matanya tetep tajam kedepan.

"Ya?", jawab Aina.

"Di samping kita, ada beberapa Coro lvl cupu, kalo aku ga salah liat armornya, mungkin baru lvl 30an... nanti kita buka jalan dari situ, dan kalian lari secepetnya ya, siapin speed sama purge mu supaya kalian bisa lari dengan lancar, Mon, kamu juga ya", kata Rakuen. Monica mengangguk agak ragu-ragu.

"Kalian? kamunya?!", tanya Aina balik.

"Aku akan tahan mereka disini", jawab Rakuen.

"APA?! Jangan gila deh?!! masa kita ninggalin kamu disini untuk mati?!! aku GA MAU!!", bentak Aina.

"AI!! denger!! kamu kan bisa Recall aku?! nanti seperti biasa klo lawannya kuat, kalo kamu udah ada di tempat yang aman, langsung recall aku!!", bentak Rakuen balik. Aina terdiam sejenak karena kaget. Tapi dia berteriak balik.

"Ga mau!! kalo itu kan musuhnya cuma 1 sampe 3 orang doang?!! ini ada 40!!!
kalo kamu mau nahan orang sebanyak ini, sama aja cari mati!!".

"Ai, percaya sama aku ya..", Usai mengucapkan kalimat itu, Rakuen mencium bibir Aina,, lalu dia mengangkat pedangnya, menatap gw dan Monica sejenak, lalu setelah kita mengangguk, dia mengangguk balik dan berteriak, "Sekarang!!", seketika Aina mengcast speed untuk dirinya dan gw, sementara Monica dengan susah payah meng-cast speed untuk dirinya sendiri. Rakuen langsung menerjang ke arah Cora-Cora yang cupu dan bodohnya, yang cupu-cupu itu terpusat di satu bagian. Gw sambil ikutan berlari bersama Aina dan Monica membantu Rakuen sebisa mungkin dengan menembakan panah gw ke arah Coro-coro yang Rakuen serang, cukup dengan beberapa kali salto dari Rakuen, jalan untuk kabur udah terbuka lebar.

"Lari!!!", teriak Rakuen sambil menancapkan pedangnya ke dada Cora yang sedang tersungkur di atas salju, saat gw melewati Rakuen, dia tersenyum kepada gw, matanya seolah berkata 'gw titip mereka ya'.

Gw, Aina, dan Monica berlari sekuat tenaga, saat gw menengok ke belakang sesaat, gw melihat sebuah pemandangan yang luar biasa. Rakuen berdiri setegar karang menghadang lautan pasukan Cora yang menerjang dirinya bagaikan tsunami.... tapi kita ga berhenti berlari... jangan sampai pengorbanan Rakuen sia-sia....... gw pun kembali melihat ke depan.

...............

Akhirnya..... kita sampai. Setelah sampai cukup dekat terminal, dimana jangkauan Guard Tower pasti mampu mencapai kita. Aina langsung membalikkan badan dan mengeluarkan tongkatnya. Buru-buru dia mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi, dari mukanya terlihat kekhawatiran yang luar biasa.

"Recall!!", teriaknya.......... tak ada yang terjadi......

"RECALL!!", teriaknya lagi.... masih ga terjadi apa-apa. matanya menjadi berkaca-kaca...... Gw dan Monica saling bertukar pandang, mata Monica juga mulai berkaca-kaca.

"RE..CALL!!, dia berteriak lagi...... kali ini setengah terisak.... Monica juga mulai menutup mulutnya menahan air matanya yang mulai ga tertahankan.

Aina terjatuh berlutut..... air matanya udah tumpah ruah....... sekali lagi dia mengangkat tongkatnya ke atas kepalanya..... "RECALLL!!!!!", pekiknya pilu......

Gw dan Monica mendekati dia, berusaha menghibur dia. Tapi baru kita menyentuh pundak Aina, di hadapan kita muncul cahaya.

SRIINGGG.... Perlahan-lahan wujud... Rakuen masih berdiri tegak membelakangi kita, keadaannya ga terlalu bagus, Pedangnya yang berlumuran darah udah patah setengah. Perisai besarnya yang digenggam erat di tangan kiri pun udah hampir ga berbentuk.... dari tempat kita ngeliat, armornya depannya keliatannya juga udah ancur-ancuran yang belakang sih cuma ada gores2an sedikit..... Belom lagi darah yang menetes di salju disekitar kakinya..... tapi yah setidaknya dia masih bisa berdiri.

Muka Aina langsung berseri-seri melihat pujaan hatinya masih hidup. Dia langsung berlari kesenengan dengan air mata yang belom berhenti, gw dan Monica pun turut mendatangi Rakuen dengan senyum.

"RAKU!!", Aina langsung memeluk Rakuen dari belakang. Gw pun menepuk pundak Rakuen dan memberikan selamat. Tapi, saat gw mau menatap matanya..... mata gw terbelalak......betapa terkejutnya gw....

Kondisi Rakuen sangat-sangat mengenaskan, wajahnya udah ga berbentuk lagi, bagaikan dihanguskan oleh kekuatan api, dadanya pun udah robek-robek dan bolong-bolong oleh tebasan entah berapa pedang, dan darah mengucur dimana-mana. Dan dia..... udah ga bernafas...... dia......... udah......... mati......? Monica yang baru melihat kondisi Rakuen setelah gw langsung *sensor*ik tertahan dan menutup mulutnya, lalu langsung menyembunyikan diri di pelukan gw.

"Raku...?", Aina yang masih memeluk Rakuen dari belakang masih belom mengetahui kejadian sebenernya. "Kok kamu diem aja sih?", lalu Aina melihat gw dan Monica yang sedang terisak. Dengan memasang tampang heran, dia pun bergerak memutari badan Rakuen dari samping untuk melihat wajahnya.

Gw buru-buru melepaskan Monica dan mencoba meraih Aina sebelom dia melihat kondisi Rakuen. Tapi terlambat, sebelom gw sempet menarik tubuhnya menjauhi Rakuen, Aina udah keburu ngeliat sosok Rakuen yang mengenaskan. Gw menarik tubuh Aina saat ekspresinya dalam kondisi shock berat.

"RAKU?!! RAKU!!! JANGAN!!! LEPASIN GW!!!! RAKU???? RAKUUUU????!!!!!!!! RAAAAKKUUUUUU!!!!!!!", Aina berteriak-teriak dan berontak bagaikan kesurupan, gw aja kesulitan untuk menahan badannya yang kecil itu. "NO..... RAKUU... NOOOO...... KENAPAA....???!!! nooooo..... katanya kamu ga akan ninggalin akuuuu...... UWAAAAA..... RAKUUU!!! NOOO!!!! KATA KAMU KITA AKAN SELAMANYAAA?!!! KATANYA KAMU MAU NIKAHIN AKUUUU!!!! NOOOO!!!! RAKUUU!!!! WUUUAAAAAA!!!!!!!!", teriakan Aina di antara hujan air matanya sangat-sangat menyayat hati gw dan Monica hingga kita juga ga mampu menahan tangis yang deras.....

Akhirnya Aina berhenti berontak, dan mencengkeram lengan gw dengan sangat kuat, "Raaakkuuuu..... kenapaaaaa.......... huaaaaaa..... kenapaaaaaaa ga aku aja yang matii....aaaaaaaaaaaa..... apa kamu ga tau kalo aku ga bisa apa-apa tanpa kamuuu....... Rakuuuuu....... JAWAB AKUUU!! RAKUUUUUU!!!! KENAPA GA AKU AJA YANG MATIII???!!!! huaaaaaaa........", kata-kata Aina bagaikan menusuk hati gw..... Cindy...... apakah seandainya saat itu...... gw yang mati.... Cindy akan seperti ini........

"RAKUUUU!!!!! HUWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!", Aina berteriak sekuat tenaga.... Gw menatap ke arah langit....... Rakuen....... pengorbanan lu...... ga akan sia-sia........
terima kasih.......

===============================
To be continued......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar